Minggu, 02 Februari 2014

Beberapa Bentuk Pengkhianatan yang Lucu

Menurut saya, beberapa kejadian yang pernah menimpa saya berikut ini, dapat dikategorikan sebagai pengkhianatan, sengaja atau tidak sengaja, yang sebaiknya tidak terulangi lagi pada diri saya, atau pada diri siapa pun. Pengkhianatan, bagi saya, adalah juga salah satu cara untuk tidak menghargai "keberadaan" orang lain:
1. Saya pernah diundang untuk baca puisi di luar negeri, sekitar tahun 2011. Karena uang transportasi tidak ditanggung, dan tentu saya tidak mampu memenuhinya, maka pihak penyelenggara sudah menyerahkan urusan transportasi ini pada sebuah lembaga kesenian di Riau. Saya pun memastikan diri untuk berangkat. Namun, sampai hari acara dimulai, saya tidak kunjung dikontak oleh lembaga kesenian itu. Inisiatif saya untuk kemudian mengontak, tapi tak berbalas. Lalu, saya pun menganggap, saya tak jadi berangkat. Anehnya, beberapa minggu setelahnya, saya mengetahui bahwa rupanya beberapa orang (sepertinya, mereka penyair) berangkat untuk mengikuti ivent di luar negeri itu. Dan salah satu dari mereka, adalah dari lembaga kesenian itu, yang menurut hemat saya, tidak jauh lebih berkompeten dari saya....alahmak jaaaang....

2.  Saya pernah (bahkan beberapa kali) diajak/diminta untuk turut serta dalam sebuah lembaga penelitian di Riau, oleh satu/dua orang pengelola/penggagasanya. Saya sih oke. Dan nanti akan dikontak lagi apabila sudah mulai jalan. Namun, setelah beberapa bulan, beberapa tahun bahkan, saya tak dapat kabar lagi. Inisiatif saya untuk kemudian menanyakannya, jawabannya: nanti akan kita hubungi. Lalu, saya pun lupa. Anehnya, suatu ketika, saya dapat kabar, dan dishare di facebook, bahwa lembaga itu sudah jalan, dengan sebuah proyek....alahmak jaaaang.....

3. Saya pernah diundang untuk menjadi pembicara pada sebuah seminar. Via telpon, undangan awal dikonfirmasi. Saya oke, karena tema sesuai dengan dunia yang saya geluti, puisi. selain waktu yang tak bentrok. Saya bertanya, siapa pembicara lain: maka disebutlah sejumlah nama pejabat Riau, bahkan salah satunya gubernur terpilih Riau. Meskipun dalam hati saya bertanya, mau ngomong apa orang ini? Ya, katanya soal strategi kebudayaan. Yah, okelah. Nah, anehnya, begitu hari H, sesuatu yang saya bayangkan tidak sesuai dengan bayangan itu. Pertama, rupanya bukan seminar yang dihadiri oleh banyak orang di sebuah ruang yang representatif, tapi dihadiri oleh beberapa orang (mungkin belasan) yang notabene adalah anggota dari kelompok panitia sendiri. Di sebuah ruang rapat...hahahaha.....Kedua, pembicara yang disebut dalam surat undangan itu, tak datang semua. Hanya saya, dan seorang budayawan, yang datang....Ketiga, tema diskusi yang simpang siur, entah kemano-mano....alahmak jaaaaaang.....

Tidak ada komentar:

Posting Komentar